Cerita ini aku tulis semoga dapat menjadi pelajaran dalam kehidupan kita.
Ini kisah dua orang sahabat yang sama-sama sedang menguji kesungguhan dan kesejatian persahabatan mereka. Suatu hari mereka sepakat untuk membuat permainan, permainan yang sederhana yaitu lomba lari dengan aturan selama dalam perjalanan mereka tidak boleh istirahat, berjalan, minum dan tidak boleh pula menyentuh atau merusak tanaman yang dilewati ketika mereka berlari. Dan mereka pun telah sepakati waktu tempuh, start dan finish yang harus dicapai.
Lalu dimulailah permainan ini, tanpa ada juri atau saksi lain dan mereka hanya menyerahkan juri atau saksinya hanya kepada Allah dan rasa kepercayaan yang mereka bangun. Karena mereka percaya Allah pasti melihat apa yang mereka kerjakan, jika salah satu dari mereka melakukan kebohongan atau kecurangan maka pertanggungjawabannya adalah langsung kepada Allah.
Mereka sama-sama menuju garis start yang telah disepakati dengan dua jalur yang telah mereka sepakati bersama dan tentunya didalam masing-masing jalur itu pasti akan ada rintangan yang berbeda namun bobot kesulitannya sama dan mereka telah sama-sama tau jalur yang akan dilewati.
Dan anggap dua sahabat itu adalah si A dan si B. Tepat pukul 07.00 mereka memulai start permainan ini dengan masing-masing jalur yang harus terlewati. Dan jalur finish nya pun telah disepakati dengan waktu tempuh selama perjalanan adalah 1 jam berarti harus sampai di garis finish tepat pukul 08.00.
Maka mulailah si A dan si B melalui jalur masing-masing, mereka sama-sama melalui banyak rintangan, dan di tengah perjalanan si A mulai kelelahan ingin rasanya dia berhenti sejenak untuk mengatur kembali nafas dan meminum seteguk air yang memang kebetulan dia saat itu sedang melalui aliran sungai yang airnya sangat bening dan dingin. Tapi si A kembali mengingat aturan yang telah disepakati bahwa dia tidak boleh berhenti berlari dan tidak boleh pula minum, kemudian dia kembali lanjutkan berlarinya dengan rasa yakin dan percaya bahwa apa yang dilakukannya sudah pasti ada yang melihat yaitu Allah, yang dari awal dia berlari pun pasti Allah telah melihatnya. Dan dengan rasa yang tidak ingin mengkhianati sahabatnya maka dia terus berlari mencapai finish.
Di jalur lain si B juga sedang berjuang mencapai garis finish dengan aturan-aturan yang telah ia sepakati dengan sahabatnya si A, dia tidak boleh berhenti, tidak boleh minum, meski tadi di pertengahan perjalanan kakinya menginjak duri , dia menahan sakit, dan terus berlari dan tidak berhenti meski luka kecilnya cukup sakit dirasa, tapi dia tidak ingin mengkhianati kepercayaan sahabatnya dan tidak pula ingin membohongi perjanjian dengan sahabatnya karena dia yakin ada Allah yang melihatnya ketika dia berhenti maka dia telah membohongi perjanjiannya.
Finish sudah terlihat dan waktu pun telah menunjukkan pukul 07.50 menit artinya sisa perjalanan pun harus ditempuh dalam waktu 10 menit lagi. Dan tepat pukul 08.00 si A dan si B sama-sama telah sampai di garis finish. Lalu siapakah yang telah menang dalam permainan ini??? Bukan masalah kecepatan mereka tapi keduanya berhak mendapat gelar the winner, karena mereka telah sanggup menjaga kepercayaan dan aturan permainan yang disepakati sebelumnya dengan baik tanpa kebohongan karena mereka yakin ada juri yang Maha Melihat segalanya yaitu Allah.
Ketika di garis finish mereka baru istirahat dan minum, tiba-tiba si A memperhatikan kaki si B, ada luka kecil yang berdarah di sana, buru-buru si A meraih kaki si B dan bertanya “kenapa kaki kamu??”… “oo..ini tadi aku menginjak duri, karena terlalu bersemangat berlari, aku tak melihat ada duri di tengah jalan”.. “kenapa, kau tidak berhenti sejenak untuk menutup lukamu??, agar tak terus mengeluarkan darah, atau terlindung dari debu dan tanah…” kemudian si B bertutur, “aku tak ingin mengkhianati permainan, jika aku berhenti berarti aku telah melanggar aturan, memang kamu tidak tau, tapi juri permainan kita adalah Allah, aku takut…”. Lalu si A pun membantu membersihkan luka si B sambil meneteskan air mata karena begitu kagum kepada sahabatnya itu, begitu besar pengorbanannya menjaga kepercayaan dan tentunya tidak ingin melakukan kecurangan pada permainan. Kemudian si A bertutur “aku kagum padamu sahabatku, sungguh kamu adalah sahabat terbaikku”.. lalu berceritalah si A karena teringat kisah masa lalunya, “dulu aku pernah melakukan permainan yang sama seperti ini dengan temanku, dengan aturan yang sama seperti yang tadi kita sepakati bersama”.. dan dia terhenti sejenak dari ceritanya…. Si B kemudian menepuk pundak si A “kenapa?? Terdiam..” kemudian si A melanjutkan ceritanya… “dulu aku juga sama di tengah perjalanan aku menginjak duri, tapi aku waktu itu tak kuat menahan sakit maka aku berhenti dan menyentuh bahkan juga memetik beberapa helai daun untuk menutup luka-ku, lalu aku kembali berlari dengan sangat kencang agar sampai pun tepat waktu, dan sampai di finish aku membuang daun itu agar tidak diketahui temanku..”, “namun, setelah itu aku merasa menyesal dan bersalah sekali saat itu, aku malu pada Allah”. “Dan saat ini aku malu padamu…”. Kemudian si B pun menanggapi,,” ooo.. begitu… ya sudahlah itukan masa lalu mu, saat ini yang terpenting adalah kamu tak lagi mengulanginya, setiap orang punya masa lalu dan pelanginya masing-masing”. Lalu si A bertanya, “apa kamu tidak merasa aku bohongi?? Atas cerita masa lalu ku itu??”. Si B menjawab “kenapa aku harus merasa dibohongi??, itukan kisah masa lalu mu, yang terpenting saat ini kamu tidak melakukan hal yang sama dalam permainan kita, bukan???”. “aku akan merasa dibohongi jika hal yang sama kamu lakukan dalam permainan kita saat ini. Tapi aku lihat kamu tidak melakukan itu, dan kamu menyesali kesalahan masa lalu mu, dan kamu telah memperbaiki dirimu saat ini”. “aku tak pernah merasa kamu bohongi, karena aku percaya kamu saat ini”. “jadi jangan pernah merasa bersalah pada diri sendiri….”. “dan kamu adalah sahabat terbaikku saat ini karena kamu telah mampu menjaga amanahku juga aturan yang kita sepakati, karena kita sama-sama takut hanya pada Allah yang Maha Melihat”.
Kemudian mereka sama-sama kembali ke rumah dengan rasa saling percaya dan ikhlas saling menerima semua apa adanya tanpa harus merasa terkhianati atau merasa dibohongi dengan pelangi masa lalu mereka.
Cerita ini khusus aku tujukan untuk orang tersayang ku…. Semoga kamu memahaminya dan dapat menerima segala ketidak sempurnaan ku di masa lalu.
setiap orang punya pelangi masa lalunya masing-masing, lalu mengapa harus merasa dibohongi oleh kisah yang telah lalu, cukup jadikan sebagai pelajaran, tak perlu ego atau terluka dengan kisah masa lalu orang lain, jika telah siap menerima apa adanya, maka ikhlas tanpa alasan.
Sumber :
http://asmafadhillah.webnode.com/
http://asmafadhillah.webnode.com/
0 komentar:
Posting Komentar