Penolakkan terhadap kedatangan Presiden Negara Penjajah, Barack Obama terus bergulir. Sekitar seribu ulama di Jakarta, menyatakan secara tegas “Menolak Kedatangan Obama, Penguasa Negara Penjajah”, Ahad, 14/3/2010. Penolakan Ulama atas kedatangan Obama ke negeri muslim terbesar ini digemakan dalam sebuah forumMejelis al-Buhuts Al-Islamiyah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I DKI Jakarta, yang diselenggarakan di Gedung Balai Pustaka, Jl. Gunung Sahari no. 4 Jakarta Pusat.
Pernyataan para ulama menolak Obama, penguasa Negara Penjajah itu tidak sekedar diucapkan oleh lisan, akan tetapi juga ditaukid-kan lewat penandatanganan Pernyataan Tolak Obama.
“Maka, kami, para ulama: 1. Menyatakan menolak kedatangan Presiden AS Barack Obama, kepala negara kafir harbiy fi’lan, ke Indonesia, sekaligus meminta penguasa yang ada di negeri ini untuk tidak menerima, menyambut, atau memperlakukan Barack Obama layaknya tamu yang terhormat. 2. Menyampaikan taushiyyah (rekomendasi) pada seluruh komponen kaum muslimin sebagai berikut: a) Mengajak seluruh komponen umat Islam di Indonesia, khususnya penguasa dan politisi, partai, ormas, serta elemen-elemen umat Islam yang lain untuk bersama-sama menolak kedatangan Barack Obama, dan sekularisme-demokrasi yang jelas-jelas telah menjadi sumber madharat bagi bangsa ini. b) Mengajak seluruh komponen umat khususnya Ulama, untuk berada di garda terdepan dalam perjuangan menegakkan syariah dan khilafah serta memberikan ta’yid (dukungan) pada para pengemban dakwah yang berjuang untuk menegakkan syariah dan khilafah…,” demikian kutipan pernyataan para ulama tersebut.
Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Ust. Rokhmat S. Labib dalam sambutannya menegaskan bahwa Allah SWT telah memberikan panduan yang jelas; mana kawan dan mana lawan sekaligus memberi petunjuk sikap yang harus diambil dalam melakukan interaksi kepada keduanya. Ia mengutip firman Allah Swt. “Muhammad rasulullah dan orang-orang yang bersamanya berlaku keras kepada orang kafir dan lemah lembut sesama muslim” (TQS Al-Fath: 29).
Maka menurutnya, orang-orang Islam yang menerima kedatangan Obama telah berlaku zhalim, karena telah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Kaum Muslimin dilarang oleh Allah SWT memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir, dilarang menjadikannya teman, sahabat apalagi pemimpin. Obama adalah presiden negara penjajah yang tangannya berlumuran darah kaum muslim di Irak dan Afghanistan. Tentara-tentara AS di Irak dan Afghanistan tidak akan menarik pelatuk senjatanya, tidak akan melemparkan bom tanpa sepengetahuan dan atas perintah pemimpinnya. Dengan demikian, Obama adalah musuh kaum Muslimin. Maka, orang yang menerima kedatangan Obama jelas telah berlaku zhalim karena menempatkan sesuatu bukan pada tempat yang semestinya, telah menempatkan Obama sebagai kawan padahal Obama adlaah lawan.
Sementara dalam sessi pembahasan, pembicara pertama Ust. Haris Abu Ulya mengomentari bahwa kedatangan Obama ke Indonesia jelas membawa agenda khusus yaitu agenda mengokohkan imperialisme, demokrasi dan nilai-nilai Barat yang liberal. Intinya, kedatangan seorang presiden AS ke suatu negara merupakan bagian politik luar negeri AS yang tentu saja membawa misi untuk kepentingan AS.
Alasan syar’i yang tegas kenapa harus menolak kedatangan Obama disampaikan oleh pembiacara kedua, Ust. Syamsuddin Ramadhan an-Nawiy. Dalam paparannya beliau menyampaikan empat alasan menolak Obama: Pertama, larangan menampakkan loyalitas dan kasih sayang kepada orang-orang kafir, lebih-lebih lagi kafir imperialis yang menghisap harta dan darah kaum Muslim.
Kedua, larangan menyakiti kaum Muslim. Penerimaan dan penyambutan Barack Obama di negeri ini, tentu saja akan menyebabkan bertambahnya penderitaan dan rasa sakit kaum Muslim yang pada saat ini tengah menghadapi invasi militer Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, di Irak, Afghanistan, Pakistan, Palestina, dan negeri-negeri kaum Muslim lainnya.
Ketiga, kewajiban membela saudara Muslim yang tidak berada di dekatnya. Wujud pembelaan seorang Muslim terhadap saudara-saudaranya yang pada saat ini dijajah dan dianiaya oleh Amerika Serikat adalah menolak kunjungan mereka, dan tidak menyambutnya dengan keramahan dan kasih sayang. Keempat, perilaku shahabat. Selain nash-nash di atas, perilaku generasi salafush shalih juga menunjukkan kepada kita, bagaimana sikap seharusnya seorang Muslim sebagaimana yang ditunjukkan oleh Surat Al-Fath: 29.
Pihak panitia penyelenggara, Ust Saefuddin Abu Zidan menyatakan bahwa Majelis Buhuts Islamiyah ini adakan untuk 3 tujuan. Pertama, sebagai forum ilmiah para alim ulama, kyai, dan asatidz untuk mengkaji dan membahas problem-problem kontemporer dari sudut pandang ‘aqidah dan syariat Islam; sekaligus sebagai wadah bersama untuk menyatukan para alim ulama, kyai, dan asatidz dalam sebuah visi dan misi perjuangan yang sama, yakni menegakkan syariah dan khilafah.
Kedua, Majelis Al Buhuts Al Islamiyyah juga menjadi sarana untuk mengembalikan kepemimpinan para alim ulama di tengah-tengah umat, sekaligus menempatkan para alim ulama tidak hanya sebagai rujukan umat dalam masalah ibadah-ibadah mahdlah belaka, akan tetapi, juga menjadi rujukan umat dalam seluruh pengaturan urusan-urusan umat dalam semua aspek kehidupan.Ketiga, untuk menjadi forum bersama para ulama dalam memberikan edukasi, rekomendasi, serta fatwa-fatwa Islamiy yang sejalan dengan ‘aqidah dan syariah dalam menanggapi sekaligus menyikapi problem-problem kontemporer yang ada dihadapi umat.
0 komentar:
Posting Komentar